Transisi ke Kendaraan Listrik, Tantangan Baru dalam Dunia Otomotif
Peralihan menuju kendaraan listrik (EV) semakin cepat di Indonesia. Namun, seiring meningkatnya adopsi, muncul tantangan baru: bagaimana menghadapi mobil listrik yang mogok.
Berbeda dengan mobil konvensional, mobil listrik memiliki karakter dan sistem kerja yang unik, terutama karena ketergantungan pada baterai bertegangan tinggi serta sistem elektronik yang kompleks.
Kesalahan penanganan justru bisa berakibat fatal, baik bagi kendaraan maupun keselamatan pengguna.
Untuk meningkatkan kesadaran tersebut, EVSafe Indonesia menggelar workshop bertajuk “EV Breakdown: Safety Awareness” di i-CELL FTUI, Universitas Indonesia, pada 15 Juli 2025.
Founder EVSafe, Mahaendra Gofar, menekankan bahwa transisi ke EV bukan sekadar pergantian mesin, melainkan juga perubahan paradigma dalam pemeliharaan dan penanganan kendaraan.
“Kita tidak bisa memperlakukan EV seperti mobil konvensional, dan itu bukan kelemahan, tetapi karakter yang harus kita kenali,” ujar Mahaendra Gofar.
1. Aki 12V: Komponen Kecil, Dampak Besar
Salah satu penyebab paling umum dari mobil listrik mogok justru berasal dari aki 12V, bukan dari baterai utama.
Aki 12V berfungsi mengaktifkan berbagai sistem elektronik tegangan rendah seperti kontrol komputer, sistem kunci, hingga mode start kendaraan.
Jika aki ini mati, maka mobil tidak bisa dihidupkan meskipun baterai utama masih penuh.
Karena itu, perawatan aki 12V harus mendapat perhatian khusus — termasuk pemeriksaan tegangan rutin dan penggantian secara berkala sesuai rekomendasi pabrikan.
Tips sederhana:
- Periksa kondisi terminal aki dan pastikan tidak berkarat.
- Hindari parkir terlalu lama tanpa menyalakan mobil, karena bisa menyebabkan aki 12V drop.
- Gunakan charger khusus EV bila diperlukan untuk menjaga daya.
2. Gangguan Saat Pengisian Daya: Bug, Charger, dan Kompatibilitas
Masalah lain yang sering membuat mobil listrik mogok adalah gangguan pada sistem pengisian daya (charging).
Hal ini bisa disebabkan oleh:
- Ketidakcocokan antara charger dan port kendaraan,
- Kabel daya longgar atau rusak,
- Atau adanya bug software pada sistem pengisian.
Pabrikan EV biasanya merilis pembaruan perangkat lunak (software update) secara berkala untuk memperbaiki bug dan meningkatkan efisiensi charging.
Sayangnya, banyak pengguna yang mengabaikan update ini, padahal hal tersebut sangat penting untuk menjaga keandalan mobil.
Saran penting: lakukan update software di bengkel resmi atau diler EV yang memiliki sertifikasi teknisi kendaraan listrik.
3. Ban dan Suspensi: Berat Baterai Jadi Tantangan
Satu hal yang jarang disadari pengguna EV adalah berat mobil listrik rata-rata 20–30% lebih tinggi dibanding mobil berbahan bakar fosil.
Penyebabnya adalah bobot besar dari baterai traksi.
Akibatnya, ban dan suspensi bekerja lebih keras, sehingga tingkat keausan pun meningkat.
Menurut data EVSafe, kasus kerusakan ban pada EV tercatat 20% lebih tinggi dibandingkan mobil konvensional.
Langkah pencegahan:
- Rutin rotasi ban setiap 8.000–10.000 km.
- Gunakan ban berlabel EV-specific yang dirancang menahan torsi instan motor listrik.
- Periksa tekanan ban secara teratur untuk mencegah overheat atau keausan tidak merata.
Suspensi juga harus mendapat perawatan ekstra, karena jika rusak, dapat mengganggu stabilitas dan kenyamanan berkendara — terutama di kecepatan tinggi.
4. Ancaman Tikus dan Faktor Lingkungan
Faktor eksternal seperti hewan pengerat (tikus) ternyata juga bisa menjadi penyebab mobil listrik mogok.
Beberapa kabel kendaraan listrik masih menggunakan material berbasis organik (bio-based polymer) yang secara alami menarik perhatian hewan pengerat.
Gigitan kecil pada kabel bisa menimbulkan korsleting listrik atau error sensor, yang berpotensi mematikan seluruh sistem kendaraan.
Langkah pencegahan:
- Parkir di area tertutup dan bersih.
- Gunakan pengusir tikus berbasis suara ultrasonik atau aroma alami.
- Lakukan inspeksi kabel secara berkala di bengkel terpercaya.
5. Penanganan Darurat: Jangan Sembarangan Derek atau Jump-Start
Penanganan mobil listrik yang mogok tidak boleh dilakukan seperti mobil biasa.
Kesalahan kecil dapat merusak sistem kelistrikan dan pengereman regeneratif (regenerative braking system).
Berikut panduan aman dari EVSafe:
- Derek mobil listrik hanya dengan flatbed atau dolly. Hindari menderek dengan roda menyentuh jalan karena bisa merusak sistem drivetrain.
- Jump-start dari EV ke EV sangat berbahaya.
Jika diperlukan, jump-start hanya boleh dilakukan dari mobil berbahan bakar ke EV, bukan sebaliknya. - Matikan sistem daya utama sebelum melakukan pengecekan manual.
Penting bagi pemilik EV untuk selalu memiliki nomor layanan darurat resmi dari pabrikan atau bengkel EV tersertifikasi.
6. Edukasi dan Kesadaran Pengguna EV
Keselamatan pengguna EV tidak hanya bergantung pada teknologi kendaraan, tetapi juga pengetahuan pengemudi dalam menangani situasi darurat.
Workshop seperti yang dilakukan EVSafe Indonesia menjadi langkah penting untuk membangun kesadaran bahwa kendaraan listrik perlu perlakuan teknis yang berbeda dan disiplin perawatan tinggi.
Kesimpulan: Kunci Utama Ada pada Pemahaman dan Perawatan
Menghadapi mobil listrik mogok tidak sesulit yang dibayangkan, asalkan pengguna memahami sistem dasarnya.
Kunci utama adalah perawatan preventif — rutin memeriksa aki 12V, melakukan update software, menjaga kondisi ban dan suspensi, serta memahami prosedur penanganan darurat yang benar.
Dengan pengetahuan yang tepat, pengguna bisa menikmati keunggulan EV tanpa khawatir dengan risiko mogok di tengah jalan.
Ingin Buka Bengkel Mobil Listrik atau Konvensional?
Tingginya jumlah mobil listrik di Indonesia membuka peluang baru di dunia otomotif.
Kalau kamu tertarik membangun bengkel modern untuk kendaraan listrik atau bensin, kamu bisa langsung berkonsultasi ke:
👉 Bikin Bengkel Mobil
📞 Hubungi via WhatsApp: 0852-2769-9933
Kamu bisa mendapatkan panduan lengkap mulai dari setup ruang kerja, alat diagnosa, hingga pelatihan teknisi profesional.
Jangan tunggu sampai tren EV lewat — jadilah pionir bengkel masa depan sekarang juga!
Sumber: medcom.id